AbdulSidik.COM~Semakin Anda memahami bagaimana pasar bersikap, maka semakin Anda mudah masuk kedalamnya. Semakin Anda mengerti tingkah laku pembeli, maka Anda akan dengan mudah menawarkan produk Anda. Semakin Anda menyadari bagaimana pola hidup customer, maka Anda dapat semakin mudah berjualan kepada mereka. Dan tentunya closing.
Disinilah titik kritis seorang pebisnis diuji. Jika ia paham MarkBehave, melesatlah bisnisnya. Dan jika dia tidak faham, maka menurunlah bisnisnya. Sebuah Production House (PH) kenamaan memilih genre film horror seksi sebagai acuan produksinya. Puluhan film horor mendekati mesum telah menghiasi portofolio mereka. Itulah gayanya sedari awal. Namun beberapa tahun yang lalu, sang PH mengubah haluan genre filmnya. Arus filmnya berubah menjadi film berbasis religi, terhitung sudah 4 film religi yang telah menjadi box office.
Terdapat perubahan radikal, dari memproduksi film hampir mesum lalu berubah 180 derajat menuju film islami positif. Dahsyat. Apakah PH tersebut bertaubat? Mari bersangka baik. Namun alasan paling logis adalah karena ada yang berubah dari tingkah laku market. Ada yang berubah pada market. Gelombang hijabers dan edukasi dakwah digital membuat kelas menengah enggan dengan suguhan kuntilanak kerasukan pocong. Ada yang berubah dari sikap market. Market kemudian cenderung memilih film yang bermakna ketimbang lelucon kosong sang kunti. Entah masih satu group atau tidak, Pizza Hut kemudian membangun unit bisnis baru yaitu Pizza Hut Delivery (PHD). PHD ya.. Bukan PHP..
PHD kemudian merangsek ke komplek-komplek perumahan. Dengan space dua lantai ruko, PHD menjelma menjadi dapur ajaib bagi hadirnya pizza cepat saji. Mantra 30 menit sampai pun di pajang besar-besar. Motor pun berderet rapi seakan pasukan tempur yang siap membasmi kelaparan. Pizza Hut menyadari sikap pasar yang berubah. Beberapa orang menganggap dine in atau makan di outlet adalah hal yang kompleks dan tidak praktis. Sulit bagi seseorang yang lapar menghabiskan 8 slice pizza, atau harus berjalan ke gerai. Maka PHD hadir menjawab itu semua. PHD berfokus pada menu ringan secara harga dan kecil secara ukuran. Kemasannya pun ringkas. Dan jika Anda pesan PHD, anda akan menyadari bahwa sangat banyak sentuhan premix didalamnya. Jadi PHD benar-benar diniatkan untuk melayani "sikap" baru dari pasar : minta cepat. Dahulu Pizza Hut memakai gerai yang luas. Karena bisnis modelnya dine in, tetapi jika Anda ke PHD, anda hanya menemukan 2 meja alakadarnya. Bahkan jika Anda makan disitu, Anda akan disuguhi perlengkapan makanan dari plastik. Tak ada perlengkapan dari kuarsa. Karena memang PHD tidak untuk makan ditempat.
Hampir semua toko oleh-oleh di jalur Puncak dari arah Jakarta berada di sebelah kanan. Karena jalur sebelah kiri adalah jalur pendakian. Para wisatawan berfokus untuk ke tempat wisata saat mendaki. Belum terfikir oleh-oleh. Jika pun ada toko oleh-oleh sebelah kiri jalan, maka biasanya sepi. Sikap pasar puncak adalah belanja saat turun. Maka, jika bus dari Puncak turun menuju Jakarta, di sisi lajur itulah mereka berbelanja banyak oleh-oleh, beberapa toko dijalur turunan adalah mereka yang memiliki omset besar. Tanahnya pun lebih mahal. Iklan Indomie jaman dahulu adalah iklan sebuah keluarga lengkap dengan anak-anaknya. Ada ayah yang baru bangun, ibu memasak mie dan kedua putra putri mereka yang siap sahur. "Indomie indomie seleraku.." Begitu lagunya...
Iklan sahur dengan Indomie dipasang secara massive hampir disemua TV disaat bulan puasa. Ada perilaku pasar yang dinilai oleh indomie : sahur menjadi ritual tak terhindarkan. Sekarang, tetiba Indomie memakai AL, putra dari Ahmad Dhani. Pria muda tampan pujaan setiap wanita diseantero nusantara. AL kemudian menjelma menjadi ikon Indomie. Seorang anak muda keren yang memilih makan indomie. Dan entah mengapa, indomie terasa keren banget dengan AL.
Ada perubahan sikap yang telah dibaca Indofood, pasar mama-mama senior sudah loyal dengan Indomie. Tetapi pasar mamah-mamah muda dan anak gaul belum tersentuh. Indofood kemudian mencari sosok yang disukai oleh segmen ini : AL. Indofood juga membaca kebiasaan segmen ini, pola dari kebiasaan sikap mereka pun ditiru. Dipasanglah earphone di leher AL, baju kaos dan sebuah scene dimana Al memasak indomie nya sendirian. "Mantapp" Iklan ini akan membawa fantasi seorang anak kos yang nestapa, bahwa ia tidak jauh berbeda dengan AL, asal ia masak Indomie. Got it? Hehehe..
Itulah ajaibnya Market Behaviour, jika Anda cerdas membaca Market Behaviour, maka Anda bisa segera menguasainya.
Sumber: Grup WA KR Business Notes
0 Komentar
Untuk saling berbagi, silahkan berkomentar, saya sangat menghargai komentar anda, Tapi MAAF komentar Spam atau Iklan akan langsung saya hapus!